Belajar Rendah Hati dan Sabar

Belajar Rendah Hati dan Sabar

Ada banyak kisah tentang kerendahhatian dan kesabaran Rasulullah SAW.
Di antaranya tentang kisah seorang tua musyrik yang membenci Nabi SAW.

Suatu ketika dia dibantu oleh seorang lebih muda menurunkan barang-barangnya
dengan baik hati dan sangat sopan. Orang tua itu bercerita tentang bagaimana

bencinya dia dengan Nabi Muhammad SAW, mengenai jelek akhlaqnya, jeleknya
ajarannya dsb. Orang (lebih) muda tersebut tenang dan tersenyum.

Tiada kebencian di wajahnya. Orang tua itu kagum sekali dengan orang muda
tersebut, dan bertanya,

"Siapakah Anda?"
"Saya Muhammad", jawab orang muda itu dengan tenang.
"Muhammad?", orang tua itu kaget dan terpana.
Orang yang baik hati itu ternyata adalah orang yang dicelanya... .
Akhirnya dia masuk Islam.

Dalam kisah yang lain, seorang Badui yang baru masuk Islam, kencing di dalam
masjid dengan santainya. Barangkali begitu kebiasaan di kaumnya, kencing
seenaknya.
Sehingga Sayidina Umar RA marah dan hendak memukul badui itu, namun
Rasulullah SAW MENCEGAHNYA, dan meminta untuk dibersihkan. Kemudian Baliau
menasehati si badui dengan sabar, sehingga si Badui ini sadar. Kisah
kesabaran & kerendahhatian Rasulullah SAW ini, bisa panjang sekali jika
diceritakan.

Salah satu kelemahan kita sebagai manusia adalah merasa diri kita "lebih"
dari orang lain. Dalam pelatihan dikenal istilah "above average syndromme",
yaitu bahwa
dalam berbagai sampling kebanyakan orang merasa dirinya lebih baik dari
rata-2 orang kebanyakan. Ini terjadi di semua kalangan, sehingga tidak aneh,
menceritakan kejelekan orang adalah salah satu yang disukai oleh kebanyakan
kita...

Ada banyak alasan orang untuk merasa lebih dari orang lain, dari yang paling
kelihatan sampai yang agak sumir. Yang paling kelihatan dan mudah adalah
merasa
lebih karena kecantikan, jabatan, kekayaan. Yang mulai agak tidak kelihatan
adalah keahlian, kecerdasan. Dan yang cukup sumir adalah merasa lebih baik
amalan,
akhlaq atau agamanya.

Kita sering melihat rendah orang lain atau sebaliknya "silau", karena
jabatannya.
Kadang kita memandang rendah orang lain, karena kita anggap "bodoh",naif.
Namun, bisa jadi kadang kita melihat rendah orang lain, karena kita anggap
ilmunya "cetek" atau kurang saleh dibanding kita ...

Suatu ketika seseorang bertanya Imam Ali bin Abi Thalib kw, "Apakah tangga
paling rendah dari mengenal Allah itu?".
"Tangga terendah adalah ketika engkau merasa bahwa tidak ada orang yang
paling patut disiksa di neraka selain dirinya", jawab
Imam Ali.
Orang itu pingsan. Ketika dia bangun, dia bertanya lagi, "Lalu di atasnya
apa lagi".
"Di atasnya ada 70 tingkatan lagi".

Puasa ramadhan, di antaranya, mengajarkan kita untuk rendah hati dan sabar.
Kita ini tidak ada apa-apanya. Kita lemah, tidak makan sebentar saja fisik
kita sudah "lemah".
Badan kita bisa saja kuat dan kukuh, melebihi Ade Rai, namun kekukuhan badan
kita itu ditopang dari luar, yaitu makanan & minuman.
Konon agar badannya seperti Ade Rai, kita harus makan telur (putihnya saja)
hingga 20 butir sehari.
Ketika kita tidak makan, badan kita seperti pakaian lusuh, tidak bisa
bergerak.
Ya, kita ini pada hakekatnya makhluk yang lemah, tidak ada yang layak kita
sombongkan.

Kesabaran dan rendah hati adalah seperti sisi mata uang. Kita tidak bisa
sabar, tanpa rendah hati.
Tanpa kerendahhatian, yang muncul adalah sakit hati. Kita sabar secara
fisik, namun hati kita sakit.
Rendah hati juga hanya bisa dengan kesabaran. Dan keduanya berasal dari hati
yang luas. Hanya hati yang luas, yang mampu menampung kesabaran
dan rendah hati. Hati yang luas, pada akhirnya adalah hati yang pasrah
kepada Allah Yang Maha Luas. Hanya dengan memasrahkan segalanya, mengalirkan
semuanya kepada Allah, hati kita menjadi luas.

Sebaliknya tinggi hati dan marah adalah berasal dari hati yang sempit,
sehingga hati kita tidak mampu menerima hal2 yang tidak sesuai dengan
keinginan dan kehendak kita, tidak mampu menerima kelebihan dan kekuarangan
orang lain. Hati yang sempit ini pada akhirnya mengikuti sikap setan/iblis.

Konon Iblis adalah salah satu makhluk yang sudah tinggi derajatnya dan
selalu beribadah, sayangnya dia tidak mau menerima orang lain (Nabi Adam AS)
diberi kelebihan oleh Allah SWT. Sehingga dia menolak dan tinggi hati (abaa
wastakbara), ketika dia diperintahkan untuk bersujud kepada Adam AS. Inilah
kejatuhan Iblis.

Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan. (QS. 25:63)

Sikap rendah hati, sesungguhnya sangat baik dan cocok untuk siapa saja.
Rendah hati akan menjadi hiasan yang menambah kemuliaan siapa pun. Kalau dia
orang
cerdas, maka akan semakin mulia jika dia rendah hati. Sedang jika dia bodoh,
maka rendah hati akan menjadi penutupnya. Coba kalau sebaliknya.. ..

Sayangnya, kita (terutama saya) lebih belajar untuk mengangkat diri sendiri,
dan merendahkan orang lain. Semoga keberkahan Ramadhan menghiasi kita dengan

sikap rendah hati dan sabar. Aamien. (Oleh Abuafkar)
Previous Post
Next Post

post written by:

Content Creator, web designer, Tukang sablon kaos

0 Comments: